Atmosfer
International Conference of Asian Special
Libraries (ICoASL 2017) -Asian Chapter di Kota Yogyakarta
Submit Paper
Lama ni ga nulis di
blog, saking lamanya ruang pribadi ini udah dipenuhi sarang laba-laba. Duh
kemoceng mana ya? Hehe
Alibi saja sih,
sebenarnya emang bukan penulis yang produktif, saya cenderung menjadi penikmat
coretan tangan dingin orang lain. Yups, buku saja yang dikumpulin tapi ga
pernah menghasilkan karya sendiri, hiks. Niat hati sih jadi penulis hahaha,
terkesan berlebihan, but itu salah satu dari 100 mimpi yang ingin saya
wujudkan. Moga kesampaian, Aamiin. Terimakasih bagi pembaca yang bantu amini
do’a saya., semoga masuk syurga. :D
Bebebapa kali saya sempat menulis disini, tapi
sebagian tulisan sudah saya hapus karna setelah saya baca ulang isi tulisannya
ga banget, alias alay. Isi ne curhatan, galau galauan, aishh sudah bukan masanya lagi. Biarlah alay menjadi emas hanya
pada zamanya wkwk.
Haduuh, ngobrolnya kok
panjang lebar gini ya?
Oke
brader and sista,,,,
Disini kehadiran saya
tidak lain tidak bukan, hanya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman manis
yang saya dapatkan saat mengikuti ajang bergengsi bidang perpustakaan yang digadangkan dengan sebutan
ICoASL 2017 (5th International Conference
of Asian Special Libraries) Chapter Asia.
Perhelatan akbar itu
digelar untuk kelima kalinya. Dan, Alhamdulillah event yang saya tunggu-tunggu ini diadakan di Indonesia, tepatnya kota Yogyakarta.
Dikandang sendiri pula (*read, kampus
UIN Sunan Kalijaga). Ga harus merogoh kocek yang besar buat keluar negri atau bertandang
ke kota lain, yaa walaopun dana pendaftarannya juga bikin kantong kering sih
untuk ukuran mahasiswa. Nominalnya ga perlu disebutin deh pembaca. Penuh
pertimbangan! Tpi kesempatan ini ga datang dua kali, pikir saya. *Cuus, daftar.!
Awalnya ga yakin bisa
ikut ajang tersebut, tapi berkat dorongan dari salah satu dosen hits di Jurusan Ilmu Perpustakaan yang
tidak hentinya menyemangati, saya dan seorang teman mantap ambil bagian di
ICoASL 2017 dengan mendaftarkan paper sederhana
kami. Beliau yang juga merupakan Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
tersebut, rajin banget nagih sebelum kita submit
paper, “saya tunggu ya emailnya,
poko e saya pantengi terus”, gitu pukasnya. *Semangat yang beliau tularkan
sangat luar biasa.
Tralalaaa, paper yang
telah kami kirimkan diterima, dengan syarat revisi so pasti. *Alhamdulillah.
Opening ICoASL 2017
ICoASL 2017 dilakukan selama
3 hari yaitu pada tanggal 10-12 Mei 2017. Momen yang sudah berlalu, tapi spiritnya
masih saya rasakan hingga detik ini dan kedepannya.
Sama halnya dengan event –event lain, pada hari pertama,
sebelum memasuki ruangan, kita diwajibkan untuk melakukan registrasi terlebih
dahulu pada tempat yang telah disediakan.
Begitu memasuki ruang
gedung CeHa a.k.a Convention Hall UIN Sunan Kalijaga, atmosfer mulai terasa
berbeda, gimana enggak pembaca,, agenda tahunan ini dihadiri oleh 15 negara
dengan jumlah 200 orang partisipan. Pihak penyelenggara kegiatan juga
mendatangkan Mrs. Emma Davidson sebagai salah satu Keynote Speaker di ICoASL 2017. Emma sendiri, saat ini menjabat
sebagai Cabinet Chair-Special Library
Association-USA.
Sunguh international
bukan! *Hawa keminggris poko e sodara-sodara.
Well,
opening ceremony dipandu oleh Akyasa
Adiba yang dimulai dengan suguhan art
performance dari Bibliodance,
Almizan serta menyanyikan lagu kebangsaan dan Mars UIN Sunan Kalijaga oleh Gita
Savana yang diikuti semua peserta.
Selanjutnya, opening remark disampaikan oleh Labibah
Zain sebagai President Elect of SLA Chapter-Local Chair, Rektor UIN Sunan Kalijaga
yang diwakilkan, Kepala Perpustakaan Nasional RI yang juga diwakilkan serta
Debal C. Kar selaku President of SLA Chapter. Usai pidato sambutan yang
diberikan oleh para pembicara tersebut, acara terus berjalan dengan selingan art performance oleh Gita Savana,
Almizan dan Teater Eska yang berusaha memberikan performa terbaik mereka dalam
rangka menyukseskan pembukaan ICoASL 2017.
Menjelang siang, Emma
Davidson selaku Keynote Speaker menberikan speech-nya selama 15 menit, kemudian
dilanjutkan oleh Bayu Aryo yang mewakili pemerintah Kota Yogyakarta. Ia menyampaikan
ucapan selamat datang kepada seluruh peserta sekaligus membuka secara resmi
konferensi international tersebut. Konferensi tingkat Asia tahun kelima itu
mengusung tema: Preserving The Cultural
Heritage Through Libraries in The Digital Age.
Sesi opening berakhir dengan pembacaan puisi
oleh Aly D Musyrifa. Cukup bikin merinding, beginilah petikan lirik puisi yang
sedikit saya ingat:
“Like a walking
stick for the blind,
hands of librarian are your guide when you are
in the middle of jungle. They offer you
a menu of knowledge, because they want to save your life from disaster of
ignorance”(Hands of Librarian)
Opening
ICoASL 2017 dikampus UIN Sunan Kalijaga berlangsung lancar, hangat dan
mengesankan.
Setelah opening, dilanjutkan kegiatan diskusi antara
invited speaker dengan seluruh
peserta yang dilakukan after coffee break.
Invited speaker terdiri dari 3 orang,
diantaranya Ms. Anne Rosette dari Perpustakaan Nasional Filliphina, Reinhard
Feldman dari Munster University, Jerman dan Patricia Enggel dari European
Reseach Center yang diganti oleh speaker
lain karena berhalangan hadir. Ketiga speaker,
berbicara tentang preservasi di era digital. Pada kesempatan tersebut, diadakan
sesi tanya jawab antara partisipan dan pemateri sehingga ruang diskusi menjadi lebih hidup dan
mencair.
Parallel Session
Setelah diskusi umum
yang diisi oleh para invited speaker selesai, ICoASL 2017 pun memasukui babak
kegiatan inti yaitu parallel session.
Kegiatan ini mewajibkan para partisipan untuk mempresentasikan paper yang secara resmi telah diterima
oleh pihak reviewer dari ICoASL 2017.
Parralel
session berlangsung selama dua hari dengan 18 sesi, yang memakai
tiga tempat yakni Convention Hall lantai 1, Pusat Administrasi Umum lantai 1
dan 2. Parralel session hari pertama
terdiri dari 9 sesi yang dimulai dari jam 14.30 dan selesai pada jam 17. 45.
Malam harinya, seluruh partisipan dihibur dengan Cultural Event dihalaman Convention
Hall yang digawangi oleh mahasiswa
Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga serta angkringan tradisional. *Amazing, malam itu CH berasa kayak di alun-alun.
ICoASL hari kedua,
tidak jauh berbeda dengan hari pertama. Pagi harinya, diisi dengan diskusi umum
oleh para invited speaker, diantaranya
yaitu Haji Awang Suhaimi Abdul Karim dari Universit Brunei Darussalam, Revi
Kuswara dari Indonesia Heritage dan Muhammad Machasin, seorang Profesor dari
UIN Sunan Kalijaga.
Siang hari,
dilanjutkan kembali dengan parallel
session dari sesi 10 sampai 18. Kebetulan, saya dan rekan saya mendapat
jadwal sebagai presenter pada sesi 12
diruang PAU lantai 2. Parallel session
yang dimoderatori oleh Joseph M. Yap tersebut berjalan dengan lancar.
Alhamdulillah.
Parallel
session usai, para partisipanpun diikutsertakan dalam Library Tour ke Perpustakaan Grahatama.
Konon katanya, perpustakaaan ini merupakan perpustakaan umum terbesar di Asia
Tenggara. Semua peserta terlihat antusias saat berkeliling didalam perpustakaan.
Yaa, menurutku perpustakaan ini memang salah satu yang recomended untuk dikunjungi saat berada di Yogyakarta.
Agenda terakhir di hari
kedua ICoASL 2017 adalah Gala Dinner yang
disertai dengan pengumuman poster terbaik dan 3 Best Paper dari partisipan sekaligus penutupan kegiatan yang sudah
berlangsung selama dua hari penuh. Agenda malam hari itu, juga bertempat di
Perpustakaan Grahatama.
Here we goo, berikut penampakan ICoASL 2017 yang terbidik lensa kamera. Cekidoot,,,
Opening ICoASL 2017, at Convention Hall UIN Suka |
Bersama Emma Davidson, Keynote Speaker dari Cabinet Chair Of SLA-USA |
Bersama Anne Rosette,
Invited Speaker dari Perpustakaan Nasional Manila
|
Cultural Event |
Library Tour at Grhatama |
Bersama Ms. Labibah Zain, President Elect of SLA Chapter-Local Chair at Gala Dinner |
Pemenang Poster dan 3 Paper Terbaik |
Horaay,
dua hari berkutat diruang konferensi yang melelahkan kini saat saatnya kita markilan *Mari kita jalan-jalan.
Tema jalan-jalan dari
ICoASL 2017 adalah Cultural Visit.
Tujuan cultural visit adalah untuk
memperkenal warisan budaya Indonesia kepada seluruh partisipan, selain itu juga
sebagai refreshing dari kegiatan ICoASL
yang cukup padat selama dua hari sebelumnya.
Cultural
Visit memiliki 3 opsi, destinasi peserta akan disesuaikan
dengan pilihan pada saat pendaftaran. 3 tempat yang menjadi sasaran adalah: Keraton Palace Tour, Volcano Tour and Temple
dan Beach.
Pembaca bisa nebak yang
mana pilihan saya?, yuups benar! Pilihan saya adalah yang ketiga.
Candi yang menjadi
tujuan adalah Prambanan. Di Prambanan kita didampingi oleh tour guide yang sangat piawai dalam menjelaskan tentang seluk beluk
mengenai situs budaya kebanggaan warga Yogyakarta tersebut. Beranjak dari
Prambanan, kita dibawa istirahat makan siang. Kemudian perjalanan dilanjutkan
menuju pantai Parangtritis. Pantai selatan yang kerap disandingkan dengan kisah
Nyi Roro Kidul itu, mempunyai pesona tersendiri dengan pasir
hitamnya.*Subhanallah.
Berikut momen-momen yang terabadikan selama Cultural Visit:
Candi Prambanan |
Pantai Parangtritis |
Menyenangkan bukan?,
Ada pertemuan, ada
perpisahan. Parangtritis menjadi penutup kebersamaan ICoASL 2017. Momen ini
yang membuat semua peserta jadi pada #baper
pemirsa, gimana gaak,, lagi sayang-sayangnya malah sudah harus berpisah. Selama 3 hari
ICoASL saya menemukan teman baru yang asyik banget dari Fillifina yaitu, Joseph
dan Donna serta Micho dari China. Sayang sekali, mereka harus balik segera ke
negara masing-masing. *Huhu, so sad.
Beruntung kita masih
bisa keep in touch sampai sekarang
via WA, Facebook dan media sosial lainya. *Social
Media is working welll.
ICoASL 2017 ini
merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya, ini kali
pertamanya saya ambil bagian dalam konferensi international yang cukup
bergengsi tersebut. Teman, pengetahuan dan pengalaman baru, completely I got. *Fellin grateful!
Tidak ada hal yang saya
dapatkan dari ICoASL 2017, kecuali energi positif. Ajang tersebut saya jadikan
sebagai pijakan dan spirit untuk terus berkarya dan lebih baik lagi. *Jujur,
saya ketagihan untuk mengikuti konferensi bidang perpustakaan ini ditahun-tahun
berikutnya.
Sampai jumpa ICoASL 2018!
Oke pembaca yang
budiman, sampai disini dulu yaa, sampai jumpa ditulisan berikutnya. See you when I see you..
Let me know what you think, everyone.
BalasHapus